.breadcrumbs{padding:0 5px 5px 0;margin:0 0 5px;font-size:11px;border-bottom:1px dotted #ccc;font-weight:normal}
Membangun Karakter Bangsa dengan Pendidikan Bermutu

MAJALAH DINDING KELAS

UPAYA MENUMBUHKEMBANGKAN KREATIVITAS MENULIS SISWA
MELALUI MAJALAH DINDING KELAS

Pendahuluan
Sebagai guru kelas, diharapkan memiliki kompetensi dalam tugas untuk mengelola majalah dinding sekolah. Banyak cara dapat kita tempuh untuk menghidupkan majalah dinding sekolah tersebut. Mulai dari cara menggilir kelas untuk mengisi majalah dinding tersebut sampai dengan cara membentuk dewan redaksi yang khusus menanganinya. Cara pertama kita tempuh selain bertujuan untuk melatih tanggung jawab dan disiplin kelas (dalam hal waktu pemajangan), juga bertujuan untuk menampung hasil kreativitas siswa di kelas yang bersangkutan. Cara kedua kita lakukan dengan memilih beberapa guru kelas sebagai dewan redaksi majalah dinding sekolah tersebut. Kemudian dari perwakilan tersebut diminta untuk menampung dan menyeleksi naskah-naskah yang masuk dari masing-masing kelasnya.
Cara-cara tersebut di samping mempunyai kelebihan juga mempunyai kelemahan. Kelebihan cara pertama adalah jika cara tersebut dilakukan dengan ada sanksi dan hadiah. Sanksi diberikan kepada kelas yang kurang bertanggung jawab dan disiplin dalam waktu tayang, sedangkan hadiah diberikan kepada kelas yang tepat waktu serta pajangannya dinilai lebih bagus daripada kelas lain (baik tampilan maupun isinya). Kelemahan cara pertama ini adalah kelas yang tampil semauanya dan seadanya, dalam arti yang penting tampil daripada diberi hukuman.
Selanjutnya cara kedua juga mempunyai kelebihan, yakni isi dan tampilan majalah dinding sekolah lebih meyakinkan karena melalui proses seleksi lebih dahulu. Namun, cara kedua ini pun mempunyai kelemahan, yaitu jika tidak ada naskah yang masuk dan terseleksi, waktu pajang majalah dinding sekolah ini menjadi “Senin-Kamis”, ibarat hidup segan mati tak mau.
Sebenarnya kreativitas siswa dalam hal tulis-menulis di era reformasi ini jauh lebih baik dibandingkan dengan kreativitas siswa di era sebelumnya. Hal ini salah satunya karena didukung oleh banyaknya media, beik cetak maupun elektronika yang ada sekarang ini. Untuk mengetahui dan menampung kreativitas siswa dalam hal tulis-menulis tersebut perlu wadah dan pengelolaan khusus.
Majalah dinding sekolah sebenarnya dapat dijadikan wadah untuk menampung kreativitas siswa. Namun, kadang majalah dinding sekolah ini belum sepenuhnya menampung kreativitas siswa karena tempat pajang majalah dinding sekolah yang terasa “sempit” dibanding dengan jumlah siswa di sekolah. Untuk itu, ditawarkan satu cara untuk menampung kreativitas siswa ini melalui majalah dinding kelas.

Upaya Menumbuhkembangkan Kreativitas Menulis Siswa Melalui Majalah Dinding Kelas
Jika kreativitas siswa dalam hal tulis-menulis selama ini agak terhambat karena kurang tersedianya wadah untuk menyalurkannya, kita sudah selayaknyalah mencoba untuk menampungnya. Majalah dinding sekolah (dalam arti satu sekolah satu tempat) yang selama ini berjalan, memang cukup baik. Namun, kemungkinan tertampungnya kreativitas menulis seluruh siswa satu sekolah relatif masih sedikit. Untuk itu, mungkin majalah dinding kelas dapat menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut. Berikut ini ditawarkan cara sederhana mengelola majalah dinding kelas sebagai alternatif wadah untuk menumbuhkembangkan kreativitas menulis siswa.
Hal yang pertama harus dilakukan oleh guru adalah membagi kelas menjadi empat kelompok. Kelompok tersebut bisa dibagi berdasarkan deret bangku di dalam kelas, bisa juga kelompok berdasarkan nomor urut siswa di kelas. Setiap anggota kelompok yang bersangkutan wajib mengisi salah satu rubrik dalam majalah dinding tersebut.
Setiap kelompok wajib menampilkan majalah dinding kelas dalam satu lembar manila yang memuat berbagai macam artikel dari anggota kelompoknya. Pembagian tugas untuk mengisi salah satu rubrik dalam majalah dinding hendaknya merata pada tiap anggota. Misalnya bila pada tampilan pertama salah satu siswa sudah mendapatkan bagian menulis rubrik ilmu pengetahuan, siswa yang bersangkutan pada tayangan berikutnya menulis rubrik yang lain, demikian seterusnya. Sebagai latihan, tampilan pertama bisa berupa kutipan artikel yang diambil dari media cetak lain. Untuk tampilan selanjutnya sudah diwajibkan artikel dari hasil karya siswa sendiri. Berbagai rubrik yang ada, misalnya artikel ilmu pengetahuan, agama, sastra, tips, TTS, karikatur, dan lain-lain.
Majalah dinding kelas ditempelkan di dalam kelas (lebih baik pada dinding kelas bagian belakang agar tidak mengganggu pelajaran). Penempelannya pada dinding kelas sesuai dengan kreativitas kelompok yang bersangkutan. Setiap kelompok menampilkan hasil kerjanya satu kali dalam sebulan. Misalnya deret I (kelompok I) wajib pajang pada minggu I, deret II pada minggu II, dan seterusnya, sehingga dalam satu bulan ada empat kali tampilan. (Jika dalam satu bulan ada lima minggu, minggu terakhir bisa dipergunakan acara lain). Sebelumnya guru dan siswa sudah membuat jadwal pajang majalah dinding tersebut. Setiap kelompok berhak menamai majalah dindingnya sesuai dengan kreativitas mereka. Lama pemajangannya adalah satu minggu untuk setiap kelompok.
Jika kelompok berikutnya harus naik pajang, kelompok sebelumnya turun pajang. Setelah turun pajang, kelompok yang bersangkutan berkewajiban untuk mengkliping majalah dindingnya. Pengklipingan majalah dinding dilakukan dengan cara menggunting artikel dalam majalah dinding langsung dengan kertas manilanya. Hal ini untuk menghindari kerusakan kertas artikel yang sudah ditempel di kertas manila.
Semua kegiatan dilakukan di luar jam pelajaran bahasa Indonesia (sebagai kegiatan ekstrakurikuler). Guru kelas selalu memantau kegiatan tiap kelompok, tetapi tidak terlalu campur tangan terhadap kreativitas siswa. Untuk memotivasi siswa, setiap akhir semester diadakan penilaian pajang majalah dinding kelas terbaik (dari segi kreativitas tampilan dan isi). Guru perlu menyediakan hadiah untuk kelompok yang majalah dindingnya terbaik. Selain itu, pajangan terbaik pada akhir semester dapat ditempelkan pada majalah dinding sekolah agar dapat dibaca oleh siswa kelas lain di sekolah tersebut.
Guru kelas dapat menggunakan kriteria penilaian untuk menilai majalah dinding kelas tersebut, misalnya: kreativitas dan kerja sama kelompok, tampilan majalah dinding kelas, isi majalah dinding kelas. Kliping majalah dinding kelas dimaksudkan selain untuk menghargai kerja siswa, juga untuk mendayagunakan majalah dinding kelas sebagai sumber belajar bagi siswa.
Cara sedarhana mengelola majalah dinding kelas yang ditawarkan ini, mungkin dirasakan oleh Bapak/Ibu Guru suatu hal yang sudah biasa. Namun, tidak menutup kemungkinan ada yang merasakannya sebagai “beban tambahan” bagi guru. Meskipun demikian, apa salahnya jika kita mencobanya? Jika cara sederhana sebagai latihan awal ini sudah terbiasa dilakukan oleh siswa, guru dapat meningkatkannya ke arah tulis-menulis (jurnalistik) yang lebih kompleks.
Guru kelas bisa mengambil nilai pelajaran bahasa Indonesia dari kegiatan majalah dinding kelas ini. Prinsip keterpaduan dalam pembelajaran, dan menggunakan berbagai sumber dari sekitar siswa (hasil karya siswa) dapat kita terapkan. Guru dapat membahas berbagai kesalahan berbahasa dari majalah dinding ini. Guru juga dapat menilai kemampuan siswa menulis (ilmiah ataupun non-ilmiah) dari pajangan majalah dinding kelas ini. Pada akhirnya guru dapat betul-betul mengoptimalkan hasil karya siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Pertanyaan yang mungkin timbul sekarang adalah: apakah majalah dinding kelas ini hanya dapat dikelola dan dimanfaatkan oleh guru kelas? Jawaban yang jelas dan tegas adalah: tidak! Mengapa? Karena semua guru mata pelajaran lain pun pada dasarnya dapat mengelola dan memanfaatkan majalah dinding kelas ini untuk kegiatan pembelajaran. Majalah dinding kelas bukan monopoli guru kelas. Meskipun pada kenyataannya sampai sekarang ini mungkin Guru kelas yang lebih banyak mengelola dan memanfaatkannya. Pengisian rubrik yang ada dalam majalah dinding kelas bisa dilakukan dengan bekerja sama misalnya dengan guru agama, Penjasorkes, Bahasa Inggris, bahkan guru keterampilan (mulok). Jadi, pada dasarnya semua guru dapat berkecimpung secara langsung dalam majalah dinding kelas tersebut.
Penutup
Dari uraian tentang upaya menumbuhkembangkan kreativitas menulis siswa melalui majalah dinding kelas tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) Kreativitas menulis siswa dapat ditampung dan disalurkan melalui majalah dinding kelas yang dikelola secara sederhana. (2) Majalah dinding kelas dapat dijadikan sumber belajar bagi siswa. (3) Semua guru dapat ikut serta dalam mengelola dan memanfaatkan majalah dinding kelas sebagai sumber belajar.
Pada akhir tulisan ini, disarankan kepada semua guru mata pelajaran agar rela mengorbankan sedikit waktunya untuk mengemban tugas dalam menampung kreativitas menulis siswa lewat majalah dinding kelas. Jika cara sederhana tersebut dapat diterapkan, sudah selayaknya jika para guru meningkatkannya ke cara yang lebih kompleks, misalnya dengan menerbitkan majalah sekolah. Akhirnya, kalau tidak sekarang, kapan lagi?

Sumber Bacaan:
Semi, Atar dan Ngusman. 1993. Bagaimana Membuat Kliping dan Majalah Dinding. Bandung: Titian Ilmu.

Koordinat SDN Belun